Indonesia merupakan satu negara
kepulauan yang luas, banyak memiliki gunung berapi, terletak antara dua
lempengan geologi yang selalu bergerak, hal ini sangat berbahaya sehingga
memerlukan upaya mitigasi (pengurangan dampak bencana). Dimulai dari pemetaan
daerah hazard vulkano, penyiapan rute evakuasi dan fasilitas shelter, logistik,
serta prediksi aliran lava atau lahar dingin dengan berbagai skenario bentuk
erupsi. Termasuk pula, pembangunan bendungan sabo untuk mengurangi limpasan
lahar dingin jikalau terjadi. Tetapi gunung berapi juga memberikan manfaat yang
jauh lebih besar dari bahayanya. Dari sisi tanah vulkanik yang diberikan, tentu
memberi manfaat pada sisi pertanian. Belum lagi dari segi bahan tambang dan
mineral, serta energi. Halmahera sepertinya menyimpan besar kandungan panas
bumi dan tantangan ke depan adalah mengeksplorasi potensi ini untuk
dimanfaatkan sebagai alternatif energi yang berkelanjutan, mengurangi
ketergantungan kita pada bahan bakar fosil......lebih lanjut klik disini
Sabtu, 28 September 2013
Selasa, 10 September 2013
BERBAGAI KEUNTUNGAN dari PENAKSIRAN PARTISIPATOR
oleh Doreen Boyd
Di-Edit oleh Phil Bartle, PhD
diterjemahkan oleh Diana Novianti
Beberapa Keuntungannya adalah:
Pelatihan ini akan membuktikan hal-hal yang sudah diketahui tentang suatu komunitas atau justru mengubah informasi salah dan mengetahui cara mereka memandang situasi ketika bukti-bukti nyata diterapkan pada keadaan sekarang.
Survey/ penaksiran komunitas secara profesional dikerjakan oleh mereka sendiri, mulailah proses partisipasi dan motivasi yang vital untuk kelangsungan aktifitas-aktifitas. Orang-orang akan terlibat, dan melewati pemulaian data analisa akan kesadaran terhadap masalah dasar kondisi mereka yang memfasilitaskan pengembangan edukasi di mana pada akhirnya akan balik menciptakan pemahaman anjuran mereka dan mempengaruhi yang berwenang untuk melakukan perubahan yang diperlukan. Hal ini membantu untuk menggerakkan para anggota komunitas dari 'individu' atau pendekatan subyektif menjadi menaksir 'kebutuhan-kebutuhan' menuju pendekatan komunitas yang lebih obyektif.
Selama ini, setidaknya untuk saya, adalah sebuah kesulitan besar di dalam metodologi lain untuk menentukan kebutuhan dan aset dalam sebuah komunitas. Secara alami, mereka akan menjadi subyektif, dalam artian mereka membuat penghakiman berdasarkan sudut pandang mereka sendiri. Ini bukanlah sesuatu yang buruk sekali, tetapi hal ini tetap mengaburkan penemuan dan juga dapat mengecewakan individu-individu ketika kebutuhan 'pribadi' mereka tidak terpenuhi dan dapat berakhir dengan berhenti berpartisipasi.
Hasil laporan survey pelatihan memberikan suatu dokumen yang dapat digunakan pada semua tingkatan, sama seperti penaksiran kemiskinan nasional digunakan, seperti contohnya untuk mengembangkan aksi rencana dan strategi pembasmian kemiskinan yang dirancang khusus untuk kondisi komunitas sesuai dengan penemuan survey, membuat kasus untuk pengubahan kebijakan dan intervensi-intervensi lainnya sehingga menyediakan kesempatan-kesempatan bagi kelompok-kelompok komunitas untuk memberikan pendapat terhadap pembuatan keputusan makro yang dapat mempengaruhi kehidupan mereka dan yang pada akhirnya untuk membuat kasus untuk mengerahkan sumberdaya untuk melakukan intervensi yang diperlukan.
Berikut adalah beberapa pemikiran berdasarkan pengalaman pribadi saya dalam menjalankan teknik PAR sebagai bagian suatu proses di berbagai belahan dunia.
Biasanya akan diikuti oleh latihan pemetaan komunitas (menggambar peta), di mana banyak contoh memulai proses pembongkaran informasi salah atau kurangnya informasi mengenai hal-hal seperti batas-batas, di mana infrastruktur yang strategis (contoh: toilet dan pipa, pertokoan) terletak. Hal ini akan merujuk pada "penemukan secara pasti" dan dari sana menjadi ide akan survey komunitas.
Berdasarkan pengalaman, saya belum pernah mengalami kejadian di mana seorang anggota komunitas menolak atau tidak mampu untuk melaksanakan latihan setelah mendapatkan pengarahan.
Pemikiran lebih jauh:
Hal utama yang perlu ditekankan kepada para penyelenggara proses ini adalah dibutuhkan untuk mengenal dan mengetahui bahwa ada kemungkinan-kemungkinan luar biasa pada orang-orang yang biasa walaupun ketika mereka hidup dalam kemiskinan. Dengan kata lain, kemiskinan secara materi tidak berarti sama dengan kemiskinan ide, cita-cita, dan asipirasi atau kemampuan untuk menerjemahkan ide menjadi aksi, membuat mimpi dan aspirasi menjadi kenyataan.
Dapat dikatakan, mereka harus memiliki 'iman' terhadap kemampuan orang-orang dan juga pada proses yang mereka selenggarakan.
Banyak ahli yang masih tidak mengerti kebutuhan para anggota komunitas untuk membuat keputusan akan masalah-masalah yang mempengaruhi mereka, tetapi yang lebih penting adalah bahwa para anggota komunitas sendiri tidak percaya bahwa mereka memiliki kemampuan untuk membuat keputusan berdasarkan informasi yang mereka putuskan berguna untuk mereka, yang sudah dikumpulkan dan dianalasia oleh mereka sendiri.
Pastinya semua yang di atas adalah "topi" untuk semua pekerjaan yang dilakukan oleh penyelenggara, tetapi hal ini kritikal untuk proses PAR dikarenakan "penelitian" biasanya dilihat sebagai survey dari para spesialis dan tidak untuk khalayak "tidak berpendidikan" yang selalu dianggap sebagai obyek penelitian, tidak sebagai peneliti.
Doreen Boyd, UNDP Barbados
PARTISIPASI adalah KUNCI dari PEMBERDAYAAN
oleh Ben Fleming
telah di-edit oleh Phil Bartle, PhD
diterjemahkan oleh Diana Novianti
Partisipasi tidak selalu menuju pada suatu pemberdayaan. Dibutuhkan lingkungan yang mendukung untuk menumbuhkan aspirasi masyarakat dan kemampuan supaya pemberdayaan dapat terjadi. Beberapa cara untuk mencapai ini adalah:
- Tidak menyepelekan orang. Berikan mereka peralatan untuk dapat mengatur kompleksivitas, mereka tidak perlu untuk dihindari dari hal tsb.
- Mengelompokkan/ membagi masalah menjadi lebih kecil sehingga mudah untuk dicerna.
- Mulai dengan masalah dan isu yang berhubungan dengan mereka secara langsung.
- Untuk tidak memaksakan ide dan solusi pribadi terhadap permasalahan yang ada.
- Membantu orang-orang untuk memperlebar persepsi mereka akan pilihan-pilihan yang ada dan membantu menjelaskan implikasi-implikasi akan setiap pilihan.
- Membangun gambaran akan sukses-sukses awal yang dapat diraih untuk mengembangkan keyakinan para partisipan.
- Kemampuan "jenjang tangga", kepercayaan dan komitmen terhadap proses: tawarkan beberapa pilihan yang progresif akan level keterlibatan dan membantu mereka untuk terus naik ke jenjang yang lebih tinggi.
- Pelatihan Pemberdayaan Langsung untuk para peserta mungkin tidak terlalu dihargai - mungkin lebih baik untuk meningkatkan kemampuan-kemampuan secara organik sebagai bagian dari proses.
- Selama memungkinkan, hindari solusi yang tidak dapat dikembalikan ke situasi semula. Susunlah proses pembelajaran yang interaktif, dengan pilot dan pengalaman yang kecil, cepat, dan dapat dikembalikan.
- Terus-menerus mengulas dan memperlebar keanggotaan. Ketika ketertarikan-ketertarikan group sudah diketahui, bagaimana untuk menyatukan mereka ke dalam proses?
- Membantu orang-orang untuk membangun pengertian mereka akan proses pengambilan keputusan yang kompleks dan jarak jauh yang di mana adalah diluar kekuasan dari proses partisipasi tetapi akan mempengaruhi hasil akhir.
- Membangun network dan aliansi baru.
- Rencana-rencana harus berarti dan menjurus kepada aksi.
- Mengatur hubungan antara kemampuan pribadi atas beberapa group yang berbeda untuk menyampaikan komitmen mereka, kepercayaan publik, dan kontrol akan implementasinya.
- Membangun kesempatan-kesempatan untuk refleksi dan penilaian.
- Pastikan orang-orang bergembira! (dari «Panduan Partisipasi yang Efektif» oleh David Wilcox)
Sepuluh Ide-ide kunci tentang Partisipasi
1. Level PartisipasiSherry Arnstein (1969) menerangkan partisipasi tangga dengan 8 langkah. Secara singkat adalah sebagai berikut: 1. Manipulasi dan 2. Terapi. Non partisipatif. Tujuannya adalah untuk menyembuhkan atau mendidik para partisipan. Ini adalah rencana terbaik dan tujuan dari keikut-sertaan adalah untuk mencapai dukungan publik dari hubungan umum. 3 Pemberitahuan. Ini adalah langkah pertama terpenting untuk partisipasi yang sah. Tetapi yang terlalu sering terjadi adalah adanya penekanan informasi secara satu arah. Tidak adanya saluran untuk pemberian masukan. 4 Konsultasi. Survey-survey tingkah laku, pertemuan-pertemuan antar warga, dan pertanyaan untuk warga umum. Tetapi ritual yang tidak berarti apa-apa.5 Penenangan. Pemilihan beberapa peserta yang berkarya untuk dijadikan komite. 6 Persekutuan. Kekuasaan dibagikan melalu negosiasi antar warna negara dan pemegang kekuasaan. Tanggaung jawab perencanaan dan pembuatan keputusan ditanggung bersama. 7 Utusan Kekuasaan. Warga-warga negara yang merupakan suara terbanyak dalam komite adalah utusan sebagai pembuat keputusan. Masyarakat umu sekarang memiliki kemampuan untuk memastikan berjalannya program-program untuk rakyat. 8 Kontrol Masyarakat. Lainnya mengurus seluruh pekerjaan perencanaan, pembuatan polis, dan mengatur program.
2. Niat dan Proses
Partisipasi tidak terjadi begitu saja, tetapi harus diniatkan. Seseorang harus mengurus prosesnya selama beberapa waktu, dan memperbolehkan yang lain untuk ikut terlibat dalam pengontrolan. Proses ini dijelaskan dalam 4 fase: Permulaan - Persiapan - Partisipasi - Keberlangsungan.
3. Kontrol
Pemulai berada di posisi kuat untuk memutuskan seberapa besar kontrolnya. Keputusan ini sama dengan mengambil langkah dalam tangga - mengambil langkah level partisipasi.
4. Kuasa dan Tujuan
Untuk mengerti akan partisipasi perlu melibatkan pengertian akan kekuasaan: kemampuan akan kepentingan-kepentingan yang berbeda untuk mencapai apa yang mereka inginkan. Kekuasaan akan bergantung pada siapa yang memiliki informasi dan uang. Kekuasaan juga bergantung pada kepercayaan diri dan kemampuan masyarakat. Banyak organisasi yang tidak mengizinkan orang untuk berpartisipasi karena mereka takut kehilangan kontrol. Namun, ada banyak situasi ketika bekerja sama justru membuat semua orang mencapai lebih daripada ketika mereka bekerja sendiri. Ini menunjukkan keuntungan-keuntungan dari partisipasi.
5. Peran dari Penyelenggara
Penyelenggara banyak mengontrol apa yang terjadi. Penting bagi mereka untuk selalu mengingat bagian yang mereka perankan.
6. Para Pemegang Saham dan Komunitas
Pemegang Saham adalah seseorang yang mengambil bagian/ resiko akan apa yang terjadi. Siapa yang akan terpengaruh oleh proyek-proyek, siapa yang mengontrol informasi, kemampuan, dan uang yang dibutuhkan, siapa yang akan menolong dan siapa yang menghindar? Setiap orang yang terpengaruh tidak memiliki hak suara yang sama. Gunakan piramid/ tangga untuk mencari tahu siapa yang memiliki kekuasaan tertinggi.
Komunitas yang berpartisipasi bergantung pada proyek karena berbeda masyarakat berbeda pula kepentingannya.
7. Persekutuan
Akan sangat berguna ketika beberapa individu dengan kepentingan yang berbeda mau untuk berkumpul bersama secara formal maupun informal untuk mencapai tujuan bersama. Mereka tidak harus sama di dalam kemampuan, finansial, ataupun kepercayaan diri, tetapi mereka harus saling percaya dan mempunyai komitmen yang sama. Membangun suatu kepercayaan dan komitmen membutuhkan waktu.
8. Komitmen
Komitmen adalah sisi lawan dari ketidakacuhan: orang-orang yang berkomitmen ingin untuk mencapai sesuatu, orang apatis tidak. Tetapi apakah yang menggiring menuju komitmen? Dengan tidak meminta orang lain "kalian harus peduli", melainkan mengundang mereka ke pertemuan publik atau mengekspos mereka dengan selebaran menarik. Orang peduli tentang sesuatu yang menarik bagi mereka, dan menjadi berkomitmen ketika mereka merasa dapat mencapai sesuatu. Pemaksaan kehendak tidak akan berhasil. Apabila orang-orang tidak acuh terhadap usulanmu, kemungkinan besar karena mereka tidak mempunyai ketertarikan/ konsern yang sama.
9. Kepemilikan terhadap ide-ide
Kemungkinan besar orang akan berkomitmen untuk mengusung tuntas sesuatu apabila mereka ikut menyumbang ide, atau biarkan mereka berkata "Hal tsb sudah terpikirkan oleh kami". Dalam pelaksanaannya ini berarti mengadakan proses pencarian ide, membantu mereka untuk berpikir akan kepraktisan ide-ide, dan bernegosiasi dengan yang lain akan hasil yang dapat diterima bersama. Keacuhan berbanding lurus dengan keikutsertaan dalam ide dan hasil.
10. Kepercayaan Diri dan Kapasitas
Pelaksanaan ide-ide tergantung akan kepercayaan diri dan kemampuan individu. Banyak dari proses partisipasi mengikutsertaan pembukaan wawasan baru. Adalah tidak realistis untuk mengharapkan para individu atau kelompok kecil secara tiba-tiba mampu untuk membuat keputusan kompleks dan ikut-serta dalam proyek-proyek besar. Mereka membutuhkan pelatihan atau kesempatan untuk belajar secara formal dan informal, untuk membangun kepercayaan diri dan kepercayaan kepada sesama.
Daimbil dari Panduan Partisipasi yang Efektif oleh David Wilcox: http://www.partnerships.org.uk/guide/index.htm
Langganan:
Postingan (Atom)